keasrian desa Baduy luar |
Alhamdulillah gw dikasih kesempatan 2 kali
mengunjungi kediaman suku baduy di banten jawa barat, desa dimana dihuni oleh
sebuah suku yang masih memegang tinggi adat istiadat dan kepercayaan yang
sangat kuat.suku baduy tinggal dipedalaman jawa barat,desa terakhir yang dapat
dilalui kendaraan adalah desa ciboleger, dan dari desa ciboleger lah kita dapat
memasuki pedalaman suku baduy
Wilayah Baduy meliputi Cikeusik, Cibeo, dan
Cikartawarna. Nama Baduy sendiri diambil dari nama sungai yang melewati wilayah
itu sungai Cibaduy.
Di desa ini tinggal suku Baduy Luar yang sudah banyak berbaur dengan masyarakat Sunda lainnya.
Baduy luar atau biasanya mereka menyebutnya Urang Panamping. Cirinya, selalu berpakaian hitam. Rumah mereka di dirikan diatas batu (ini kepercayaan mereka bahwa rumah supaya kokoh harus berdiri di atas batu)
Di desa ini tinggal suku Baduy Luar yang sudah banyak berbaur dengan masyarakat Sunda lainnya.
Baduy luar atau biasanya mereka menyebutnya Urang Panamping. Cirinya, selalu berpakaian hitam. Rumah mereka di dirikan diatas batu (ini kepercayaan mereka bahwa rumah supaya kokoh harus berdiri di atas batu)
Umumnya masyarakat baduy sudah mengenal
kebudayaan luar,dan sering berinteraksi dengan masyarakat sunda diluar suku
baduy sendiri, mereka sering menjual hasil panen dan kerajinan tangan mereka.sedang
hasil panen mereka berupa beras ataw jagung disimpan rapi dilumbung padi yang
sering terlihat saat kita melintasi desa tersebut,
lumbung padi |
baduy luar umumnya mengenakan baju berwarna
hitam dan ikat kepala berwarna biru,sedang suku baduy dalam mempunyai ciri khas
dengan mengenakan baju putih dan ikat kepala putih.orang baduy dalam terkenal
dengan kekokohannya dalam memegang adat istiadat, Meraka pergi kemana-mana
hanya berjalan kaki tanpa alas dan tidak pernah membawa uang, jadi mereka tidak
pernah menggunakan kendaraan
melintasi pembatas baduy luar dan dalam |
mereka
tidak diperbolehkan menggunakan peralatan
dan sarana dari luar baduy,wajar saja jika keseharian mereka tidak
difasilitasi
dengan penerangan listrik,Ada satu jembatan kayu sebagai pembatas dari
baduy
luar dan baduy dalam,dan jembatan tersebut di buat hanya menggunakan
sarana
yang ada dihutan sekitar seperti ijuk untuk mengikat bamboo nya dan
tidak sedikitpun
menggunakan paku atau material lainnya,kehidupan yang sangat sederhana
kaan…melewati jembatan tersebut kami pun ikut dilarang untuk mengambil
gambar kehidupan diBaduy dalam.
jembatan kayu |
gw juga memperhatikan gadis gadis baduy
dalam, mereka cantik alami dan hanya bersolek dengan menggunakan bahan bahan
yang terdapat dialam sekitar, mereka pun memakai buah entah namanya buah
apa,sebagai pemerah bibir mereka,sungguh kecantikan yang sangat alami
masyarakat Baduy sangat perduli dengan
kelestarian alam sekitar,sewaktu gw berkunjung ke Baduy dalam gw baru tahu
kalau sungai mandi dengan sungai untuk buang air dibedakan,dan untungnya sungai
untuk buang air lebih dekat dari tempat gw menginap,karena lucunya jam 4 pagi
perut gw ga bisa diajak kompromi, dan sialnya ga ada temen yang mau anterin
gw,hiksz..
dengan tekad bulat pun gw memberanikan diri
nongkrong sendirian ditengah sungai dibawah jembatan dan pohon rindang,haha
lucu juga perut mules bikin gw berani banget saat itu,disitulah gw perhatikan
aktifitas suku Baduy yang sudah memulai aktifitas walau hari masih sangat
gelap.
Untuk mencapai sampai kepedalaman Baduy
dibutuhkan trekking selama 5 jam,medan menuju kesana relatif landai,tapi pada
waktu gw pertama kali kesana,dan saat itu gw belom pernah naik gunung
sekalipun, gw pun merasa sedikit kewalahan, karena menuju Baduy dalam gw harus
melewati jalan yang sedikit terjal,Alhamdulillah sekarang gw sudah merasakan
medan yang jauh lebih terjal dari medan menuju ke pedalaman Baduy.
Terimakasih ya rabb…
melangkah bersama |
hasil kerajinan suku baduy luar |
gadis cilik suku baduy luar |
No comments:
Post a Comment