Wednesday, June 25, 2014

~RAMADHAN~






 Ramadhan, haruskah aku berpura-pura merindukanmu; Sementara di setiap kedatanganmu, kaki-kaki kesadaranku masih terus melekat ditarik gravitasi-gravitasi nafsu? Sungguh-sungguhkah aku menyambutmu, atau sekadar rutinitas seremonial gegap gempita yang kering dari makna?

“Marhaban yĆ¢ Ramadhan,” ujarku, tanpa sungguh-sungguh mengerti apa artinya kedatanganmu di pintu rumahku. Lalu aku akan kirim mereka kata-kata untuk mengirim SMS, atau tweet, atau e-mail, atau broadcast message berisi permintaan maaf kepada teman-temanku, seolah menghayati kesucianmu: Sesungguhnya hanya pencitraan yang mengharapkan pujian-pujian.

“Puasa adalah medan ujian untuk meningkatkan keimanan dan ketakwaan dengan menahan hawa nafsu.” Aku membaca kalimat itu dalam spanduk di sebuah pusat perbelanjaan. “Selamat Menunaikan Ibadah Puasa Ramadhan 1435 H,” katanya. Tapi aku segera melupakannya, dibutakan potongan harga yang sesungguhnya pura-pura, memborong bahan-bahan makanan secara rakus dan berlebihan. Lalu aku mencari perlengkapan ibadah baru, juga mushaf al-Quran baru: Sebab yang lama telah usang dan berdebu buku. Oh al-Quran, oh baju takwa, oh sajadah, oh ustad-ustad berwajah tampan, kemana saja kalian di luar bulan Ramadhan?